Selasa, 24 Maret 2015

Wujud malaikat maut

Kisah Islamiah malam dengan kisah Malaikat Maut, Malaikat Izroil.
Sebelum tiba waktunya, rasanya sangat sulit untuk mengetahui wujud malaikat maut ini. Namun, Rasulullah SAW telah memberikan bocoran kepada umat Islam semuanya agar mereka emnjadi makin bertakwa kepada Allah SWT.

Kisahnya.
Nantinya, pada saat Malaikat Maut menjumpai manusia, dia menampakkan diri dengan wujud yang berbeda-beda tergantung dari amal perbuatan manusia itu selama hidup di dunia. Bagi mereka yang banyak mengerjakan amal shaleh, maka malaikat maut akan datang denagn wujud yang bagus.
Sedangkan sebaliknya, bagi orang kafir, malaikat maut akan datang dengan wujud yang sangat menyeramkan.

Untuk mengetahui wujud dari malaikat maut,kita tengok hadits yang telah diriwayatkan oleh paman Nabi sendiri, Ibnu Abbas ra.



Malaikat Maut berwujud Buruk Rupa.
Dikisahkan ketika Nabi Ibrahim as meminta kepada Malaikat maut untuk memperlihatkan caranya mencabut nyawa seorang mukmin.
Nabi Ibrahim berkata,
"Dapatkah engkau memperlihatkan rupamu saat engkau mencabut nyawa manusia yang gemar berbuat dosa?"

Malaikat maut hanya menjwab pendek saja,
"Wahai Nabiyullah, engkau pasti tak akan sanggup melihatnya."
""Aku pasti sanggup," tegas Nabi Ibrahim as.
"Baiklah jika demikian, sekarang berpalinglah dariku sebentar," pinta malaikat maut.

Nabi Ibrahim as Pingsan di tempat.
Sesaat kemudian Nabi Ibrahim as berpaling dengan membelakangi Malaikat Maut. Setelah itu Nabi Ibrahim as kemudian menghadap kembali ke Malaikat Maut yang sudah mengganti wujudnya.

Alngkah kagetnya Nabi Ibrahim as setelah melihat sosok makhluk di hadapannya. Di hadapannya telah berdiri sesosok makhluk besar, berkulit hitam legam dengan rambut berdiri menyemburkan api, berbau busuk dan berpakaian serba hitam.
Dari mulut dan hidungnya juga tersembur jilatan api.

Seketika itu juga Nabi Ibrahim as langsung pingsan di tempat.
Ketika tersadar, Nabi Ibrahim as pun berkata kepada Malaikat Maut yang sudah berwujud bagus lagi itu.
"Wahai Malaikat Maut, seandainya para pendosa itu tak menghadapi sesuatu yang lain dari wajahnmu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu menjadi hukuman untuknya."

Malaikat Maut berwujud Bagus Rupa.
Dari Ikrimah dari Ibnu Abbas juga.
Suatu saat Nabi Ibrahim as meminta kepada malaikat maut agar mengubah wujudnya saat mencabut nyawa orang-orang yang beriman.

Malikat maut menyuruh Nabi Ibrahim as untuk membelakanginya terlebih dahulu.
Sesaat kemudian Nabi Ibrahim as kembali berpaling menghadap malaikat maut.
Setelah membalikkan badannya kembali, di hadapan Nabi Ibrahim as telah berdiri seorang pemuda tampan, gagah, berpakaian indah dan beraroma wangi, sangat harum menyengat hidung.

Nabi Ibrahim as berkata,
"Demi Allah SWT, seandainya orang beriman melihat rupamu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu sebagai imbalan amal baiknya."

Nah,itulah wujud malaikat maut saat akan mencabut nyawa manusia.
Bisa disimpulkan sebagai berikut.

Bagi orang yang beriman, Malaikat maut akan datang dengan rupa:
1. Seorang pemuda tampan.
2. Gagah.
3. Berpakaian indah.
4. Beraroma wangi.

Bagi yang kafir, Malaikat Maut akan datang dengan rupa:
1. Sesosok makhluk yang besar.
2. Kulitnya hitam legam.
3. Rambutnya berdiri menyemburkan api.
4. Hidung dan mulutnya mengeluarkan api.
5. Berbau busuk.

Kisah patahnya sayap malikat dilangit

Diriwayatkan pada suatu hari, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah SAW dan berkata,
"Ya Rasulullah, aku telah melihat seorang malaikat di langit sedang berada di atas singgasananya. D sekitarnya terdapat 70 ribu malaikat berbaris melayaninya. Pada setiap hembusan nafasnya, Allah SWT menciptakan darinya seorang malaikat."

"Dari sekarang ini, aku melihat malaikat itu berada di Gunung Qaaf dengan sayapnya yang patah sedang menangis tersedu, "Lanjut Malaikat Jibril.



Sayap Patah

Ketika dia melihatku, dia berkata,
"Apakah engkau mau menolongku?"
Aku berkata, "Apa salahmu?"
Dia berkata,
"Ketika sedang berada di atas singgasana pada makam Mi'raj, lewatlah padaku Muhammad, Kekasih Allah SWT. Lalu aku tidak berdiri untuk menyambutnya sehingga Allah SWT menghukumku dengan ini (sayapnya patah) serta menempatkanku di sini seperti yang kau lihat."

Maaikat Jibril berkata,
"Seraya aku merendah diri di hadapan Allah SWT, aku memberinya pertolongan."
Maka Allah SWT berfirman,
"Wahai Jibril, katakanlah agar dia membaca shalawat atas KekasihKu, Muhammad SAW."

Malaikat Jibril berkata lagi,
"Kemudian malaikat itu membaca shalawat kepadamu dan Allah SWT mengampuninya serta menumbuhkan kembali kedua sayapnya, lalu menempatkannya lagi di atas singgasananya."
Sungguh betapa mulianya Nabi Muhammad SAW, hingga malaikat saja yang tidak menghormat, sayapnya dipatahkan oleh Allah SWT.
Kisah ini dinukil dari KitabMukasyafatul Qulub, buah karya dari cucu Imam Al Ghazali yang bernama Hujjatul Islam Al Imam Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali.

jenazah disholawati oleh 70 ribu malaikat

Assalamu'alaikum swr. wrb. sahabat...

Ada suatu kisah yang jarang ditulis di blog, yaitu kisahnya 70 ribu Malaikat menutupi sinar matahari. Ada apa sebenarnya kok sampai sebanyak itu malaikat turun ke langit sap pertama dan menutupi matahari.


Malaikat

Kisahnya.
Kisah ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra.
Pada suatu pagi, Rasulullah SAW bersama dengan sahabatnya Anas bin Malik ra melihat suatu keanehan di pagi itu. Bagaimana tidak, matahari terlihat begitu redup dan kurang bercahaya seperti biasanya.

Tak lama kemudian, Rasulullah SAW dihampiri oleh malaikat Jibril.
Rasulullah SAW bertanya kepada malaikat Jibril,
"Wahai Jibril, kenapa matahari pagi ini terbit dalam keadaan redup? Padahal tidak mendung?"
"Ya Rasulullah, matahari ini nampak redup karena terlalu banyak sayap para malaikat yang menghalanginya," jawab Jibril.
Rasulullah SAW bertanya,
"Wahai Jibril, berapa jumlah malaikat yang menghalangi matahari saat ini?"
"Ya Rasulullah, 70 ribu malaikat," jawab Jibril.

Rasulullah SAW bertanya,
"Apa gerangan yang menjadikan malaikat menutupi matahari?"
Kemudian Malaikat Jibril menjawab,
"Ketahuilah wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah SWT telah mengutus 70 ribu malaikat agar membacakan shalawat kepada salah satu umatmu."
"Siapakah dia, wahai Jibril?" tanya Rasul SAW.
"Dialah Muawiyah."

Rasulullah SAW bertanya,
"Apa yang telah dilakukan oleh Muawiyah sehingga saat ia meninggal mendapatkan kemuliaan yang sangat luar biasa ini?"
Malaikat Jibril menjawab,
"Ketahuilah wahai Rasulullah, sesungguhnya Muawiyah itu semasa hidupnya banyak membaca Surat Al Ikhlas di waktu malam, siang, pagi, waktu duduk, waktu berjalan, waktu berdiri, bahkan dalam setiap keadaan selalu membaca Surat Al Ikhlas."

Malaikat Jibril melanjutkan penuturannya,
"Dari itulah Allah SWT mengutus sebanyak 70 ribu malaikat untuk membacakan shalawat kepada umatmu yang bernama Muawiyah tersebut."

Ayo sahabat, perbanyaklah membaca Surat Al Ikhlas, agar kelak bisa malaikat membacakan shalawat untuk kita.

KISAH MALAIKAT PENCATAT AMAL

Kisahnya.
Diterangkan dalam sebuah hadits bahwa manusia dijaga oleh malaikat, salah satunya berada di sebelah kanan sebagai pencatat amal kebaikan tanpa kesaksian yang lain, dan yang satunya lagi berada di sebelah kiri sebagai pencatat amal yang jelek, dan dia tidak akan mencatat amal jelek tanpa kesaksian di sebelah kanannya.
Jika manusia duduk, satu malaikat berada di sebelah kanannya dan malaikat lainnya di sebelah kirinya.
Sedangkan jika manusia berjalan, maka satu malaikat berada di belakangnya dan malaikat yang lain berada di depannya, dan jika manusia tidur, malaikat yang satu berada di dekat kepalanya dan yang lain berada di dekat kirinya.



Kesaksian Malaikat.
Dalam riwayat yang lain dijelaskan, ada 5 malaikat yang menyertai manusia, yaitu:
  • Dua malaikat menjaga pada malam hari.
  • Dua malaikat menjaga pada siang hari.
  • Dan satu malaikat yang tidak pernah berpisah dengannya.
Hal tersebut sesuai dengan firman ALlah SWT,

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

Artinya:
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
(QS. Ar-Ra'd: 11).

Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.
Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.




Yang dimaksud malaikat yang bergantian yaitu malaikat malam dan siang yang melindunginya dari jin, setan dan manusia.
Kedua ma;laikat menulis amal kebaikan dan kejelekan diantara kedua bahunya. Lidahnya sebagai pena, mulutnya sebagai tempat tinta, keduanya menulis amal manusia sampai datang hari kematiannya.

Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya malaikat di sebelah kanan itu lebih dapat dipercaya daripada malaikat di sebelah kiri. Maka jika manusia beramal jelek dan malaikat di sebelah kiri akan menulisnya, maka malaikat di sebelah kananya berkata kepadanya,
"Tunggu dulu, tunggulah selama 7 jam, jika dia beristighfar kepada Allah jangan kau tulis dan jika dia tidak beristighfar maka tulislah satu kejelekan."

Maka ketika dicabut nyawa manusia dan diletakkan dalam kuburnya, kedua malaikat berkata,
"Wahai Tuhanku, Engkau telah menyerahkan kepada kami hamba-Mu untuk menulis amalnya dan sungguh Engkau telah mencabut ruhnya, maka ijinkanlah kami naik ke langit."

Maka ALlah SWT berfirman,
"Langit telah dipenuhi dengan malaikat yang membaca tasbih, maka kembalilah kalian berdua dan bertasbihlah kepada-Ku, bacalah takbir dan tahlil, dan tulislah bacaan-bacaan itu untuk hamba-Ku sampai dia dibangunkan dari kuburnya."

Kiraman Katibin.
Allah SWT berfirman tentang malaikat Kiraman Katibin,
"Aku menanamkan mereka Kiraman Katibin karena ketika menulis amal kebaikan mereka naik ke langit dan memperlihatkannya kepada Allah dan mereka bersaksi atas hal tersebut dengan berkata,
"Sesungguhnya hamba-Mu si Fulan berbuat sesuatu kebaikan demikian dan demikian."

Dan ketika menulis atas seorang hamba amal kejelekan, mereka naik dan memperlihatkannya kepada Allah dengan rasa susah dan gelisah.
Maka Allah SWT berfirman kepada malaikat Kiraman Katibin,
"Apa yang diperbuat hamba-Ku?"
Mereka diam hingga Allah berfirman untuk yang kedua dan ketiga kalinya, lalu mereka berkata,
"Ya Tuhanku, Engkau Dzat yang mengetahui aib dan Engkau memerintahkan hamba-hamba-Mu agar menutupi aib-aib mereka. Sesungguhnya setiap hari mereka membaca kitab-Mu dan mereka mengharap kami menutupi aibnya."

Lalu malaikat Kiraman Katibin mengatakan yang mereka ketahui tentang apa yang diperbuat seorang hamba.
Allah SWT berfiman,
"Maka sesungguhnya kami menutupi aib-aib mereka dan Engkaulah Dzat Yang Maha Mengetahui aib-aib."

Karena inilah mereka dinamakan Kiraman Katiban (yang mulia di siai Allah) dan yang mencatat amal perbuatan.
Referensi dari kitab Daqoiqul Akhbar Fii Dzikril Jannati Wan Nar.

CRITA ISLAMI DIALOG AKAL MAFSU DENGAN TUHAN

Kisah Islamiah kali ini akan menceritakan tentang dialog antara Allah SWT dengan yang bernama Akal dan Nafsu.

Allah SWT menciptakan akal dan nafsu dalam diri manusia. Keduanya pun mengaku bahwa mereka hanyalah sebuah makhluk yang tidak berdaya. Untuk mengendalikan nafsu, Allah SWT menurunkan perintah agar manusia berpuasa.



BERIKUT KISAHNYA...
Allah SWT menciptakan akal.
Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, menghadaplah engkau."
Maka akal pun menghadap Allah SWT, kemudian Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, berbaliklah engkau."
Lalu akal pun berbalik.


PENGAKUAN AKAL.
Kemudian Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, siapakah aku?".
Lalu akal pun menjawab,
"Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang dhaif dan lemah."

Lalu Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, tidak Aku ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."



PENGAKUAN NAFSU.
Setelah itu Allah SWT menciptakan nafsu.
Allah SWT berfirman,
"Wahai nafsu, menghadaplah kamu.".
Nafsu tidak menjawab sepatah kata pun, malah sebaliknya, mendiamkan diri.
Kemudian Allah SWT berfirman lagi,
"Siapakah engkau dan siapakah aku?".
Lalu nafsu berkata,
"Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."

Setelah itu Allah SWT menyiksanya di neraka Jahannam selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya.
Allah SWT berfirman lagi,
"Siapakah engkau dan siapakah aku?".
Lalu nafsu berkata,
"Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau."

Lalu Allah SWT menyiksa nafsu itu dalam neraka lagi selama 100 tahun.
Setelah itu nafsu dikeluarkan dan Allah SWT berfirman lagi,
"Siapakah engkau dan siapakah Aku?".
Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata,
"Aku adalah hamba-Mu dan Engkau adalah Tuhanku."

PUASA BISA MELAWAN NAFSU.
Untuk itulah Allah SWT mewajibkan kita berpuasa, karena nafsu itu sangat jahat.
Hendaknya kitalah yang mengawal nafsu itu dan jangan biarkan nafsu yang mengawal kita, karena kalau dia yang mengawal, maka kita akan menjadi musnah.



Setelah itu Allah SWT memasukkan akal dan nafsu ke dalam diri Adam a.s.
Pada saat Nabi Adam a.s datang ke bumi, keturunan manusia bertambah banyak, maka peranan nafsu dan akal tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Kemungkaran yang terjadi di atas bumi ini adalah dari nafsu, bukan dari akal.

Karena akal dan nafsu ada dalam diri manusia, maka terjadilah pertentangan antara nafsu dan akal, bertentangan antara satu dengan yang lain.
Peperangan nafsu dan akal tidak pernah ada henti-hentinya, terkadang nafsu yang menang, terkadang akal yang menang.

Misal saja kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang baik, maka nafsu akan menolaknya dan mengajak kepada kejahatan, sedangkan akal mengajak kepada kebaikan. Kalau kita mengikuti nafsu, artinya kita kalah, dan sebaliknya, jika kita mengikuti akal maka kita akan menang.

Namun bagaiman pun juga, nafsu ini tetap diperlukan oleh manusia, bila nafsu musnah, manusia juga akan musnah.
Sebagai contoh saja nafsu makan, kalau nafsu makan kita tidak ada, maka manusia akan mati, dan nafsu makan ini merupakan fitrah alami jadi tidak akan hilang.
Begitu juga dengan nafsu terhadap lawan jenis, jika nafsu ini tidak ada, maka manusia tidak akan berketurunan dan akhirnya musnahlah manusia.

CRITA ISLAMI

                     Diceritakan bahwa paad saat malaikat iri melihat Nabi Adam as hendak diturunkan ke bumi untuk menjadi khalifah (pemimpin) di bumi.

"Wahai Rabbku, apakah Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? "protes malaikat yang merasa sebagai makhluk yang paling mulia.

Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 102,
"....Dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut...."


"Keberadaan manusia yang diberi nafsu oleh Allah SWT sempat diprote malaikat. Akhirnya kemudian kedua malaikat itu diberi nafsu juga, namun setelah dituruti ternyata dua malaikat tersebut tidak mampu mengemban amanat."

Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Protes Malaikat


Malaikat terus saja protes. Mereka menginginkan bahwa dirinyalah yang pantas di utus sebagai khalifah di bumi.
"Wahai Rabb kami, kami lebih taat kepadamu daripada Bani Adam."
Allah SWT berkata kepada mereka,
"Datnagkan kepadaku dua malaikat dari malaikat-malaikat yang ada sehingga keduanya diturunkan ke bumi dan kita lihat bagaimana keduanya nanti berbuat?"
"Wahai Rabb kami, turunkanlah Harut dan Marut."

Allah SWT memenuhi permintaan para malaikat, setelah kedua malaikat tadi dipersenjatai dengan nafsu, maka mereka diturunkan ke bumi sebagaimana manusia. Keduanya diperintahkan Allah SWT untuk senantiasa menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya, dilarang membunuh manusia yang diharamkan, memakan harta haram, mencuri, berzina dan meminum khamar.

Keduanya tinggal di bumi selama beberapa tahun bersama manusia dengan benar.

Ketika Malaikat Bertemu Gadis Cantuk
Namun, pada suatu zaman, mereka melihat seorang wanita yang kecantikannya sangat termasyur di kalangan manusia. Bencana datang, kedua malaikat itu sama-sama ingin memiliki wanita tersebut. Wanita itu mau dengan satu syarat, yaitu menyembah berhala dan pindak ke agamanya.

"Kami tidak punya keinginan untuk menyembah berhala, "kata kedua malaikat itu yang menolak mentah-mentah.
Setelah itu, kedua malaikat tadi berlalu dan menyembah Allah SWT. Ketika wanita cantik itu melihat dua laki-laki itu tetap tidak mau pindah agama, si wanita tak mau menyerah begitu saja.

Maka dihampirinya malaikat itu dan berkata,
"Jika kalian tetap menolak, maka pilihlah salah satu diantara tiga ini, kalian menyembah berhala, membunuh manusia atau minum khamar."

Pilih Azab Dunia

Setelah berunding, akhirnya keduanya memilih pilihan yang ketiga yaitu meminum khamar. Mereka meminumnya hingga mabuk dan setelah itu mereka berzina dengan wanita itu. Pada saat mereka melakukan perbuatan zina, ada seorang laki-laki lewat di hadapannya.

Karena keduanya khawatir bahwa orang itu akan menyebarluaskan apa yang dilihatnya, akhirnya kedua malaikat itu membunuhnya juga di depan wanita cantik tadi.

Begitu mereka sadar dari mabuknya, keduanya menyadari akan kesalahan perbuatannya dan ingin segera kembali naik ke langit, namun mereka tak bisa melakukannya. Seperti ada tabir rahasia yang menghalangi mereka untuk naik ke atas langit dengan kedua malaikat pemabuk itu.

Setelah kesalahan yang meni,pa kedua malaikat itu, terdengar suara,
"Sekarang pilihlah, azab dunia atau azab akhirat."

Keduanya memutuskan untuk diazab dunia dan ditempatkan di negeri Babil dan diazab dengan kedua kaki terikat. Keduanya selalu berkata,
"Azab dunia akan berakhir, sedangkan azab akhirat tidak akan pernah berakhir."

Begitulah ketika malaikat saja yang sudah lama selalu memuji Allah SWT, tapi setelah diberi nafsu, akhirnya menympang juga. Kalau menurut riwayat, kedua malaikat Harut dan Marut itu masih hidup hingga sekarang sebagai bukti kepada para malaikat lain, dan baru mengerti semua Allah yang Maha Mengetahui.              TERNYATA MALAIKAT DIBERI NAFSU

crita islami

wafatnya rosulullah banjir dengan air mata oleh para sahabatnya


Diriwayatkan bahwa surah Al-Maidah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu Ashar yaitu pada hari Jum’at di Padang Arafah pada musim haji penghabisan (Wada’). Pada masa itu Rasulullah s.a.w. berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah s.a.w. tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingat isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan.

Setelah itu turun malaikat Jibril a.s. dan berkata:
“Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah s.w.t. dan demikian juga apa yang terlarang oleh-Nya. Karena itu, kumpulkan para sahabatmu dan beritahu mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu denganmu.”

Setelah Malaikat Jibril a.s. pergi maka Rasulullah s.a.w. pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah. Setelah Rasulullah s.a.w. mengumpulkan para sahabat, pun menceritakan apa yang telah diberitahu malaikat Jibril a.s. Ketika para sahabat mendengarnya berita itu, mereka pun gembira sambil berkata: “Agama kita telah sempurna! Agama kila telah sempurna!”

Ketika Abu Bakar r.a. mendengar kabar Rasulullah s.a.w. itu, ia tidak dapat menahan kesedihannya. Ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar r.a. menangis dari pagi hingga malam. Kisah tentang Abu Bakar r.a. menangis ini sampai kepada para sahabat lain.

Maka berkumpullah mereka di depan rumah Abu Bakar r.a. dan mereka berkata: “Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat engkau menangis sehingga menyedihkan sekali keadaanmu? Seharusnya engkau gembira karena agama kita telah sempurna.” Mendengar itu, Abu Bakar r.a. pun berkata, “Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang akan menimpa kamu. Tidakkah kamu tahu bahwa apabila suatu perkara itu telah sempurna maka akan kelihatanlah kekurangannya. Turunnya ayat tersebut menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah s.a.w.. Hasan dan Husein menjadi yatim dan para istri nabi menjadi janda.”

Setelah mereka mendengar penjelasan Abu Bakar r.a.. sadarlah mereka lalu mereka pun menangis sejadi-jadinya. Kabar tangisan mereka kemudian sampai ke para sahabat yang lain. Mereka pun memberitahu Rasulullah s.a.w. Berkata salah seorang dari sahabat,“Ya Rasulullah s.a.w., kami baru kembali dari rumah Abu Bakar r.a. dan kami dapati banyak orang menangis dengan suara keras sekali di depan rumah beliau.” Berubahlah wajah Rasulullah s.a.w. dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar r.a. Setelah sampai, Rasulullah s.a.w. melihat kepada semua yang menangis dan bertanya,“Wahai para sahabatku, mengapa kamu semua menangis?”

Kemudian Ali r.a. berkata, “Ya Rasulullah, Abu Bakar mengatakan bahwa turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?” Lalu Rasulullah s.a.w. berkata:“Semua yang dikatakan Abu Bakar adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat.”

Setelah Abu Bakar mendengar pengakuan Rasulullah, maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan. Saat semuanya sedang ditimpa duka, seorang sahabat ‘Ukasyah r.a. berkata kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, engkau pernah memukul tulang rusukku hingga sakit. Saya ingin tahu apakah engkau sengaja memukulku atau hendak memukul unta Baginda.” Rasulullah menjawab: “Wahai ‘Ukasyah, aku sengaja memukul kamu.” Kemudian Rasulullah berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku kesini.” Bilal keluar dari masjid dan menuju rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, “Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas (diqishash).”

Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah, memberi salam dan mengetuk pintu. “Siapakah di pintu?” “Aku Bilal, saya telah diperintahkan Rasulullah untuk mengambil tongkat beliau.”
“Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya.”
“Wahai Fathimah, Rasulullah s.a.w. telah menyediakan dirinya untuk diqishash.”
“Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah s.a.w.?”

Bilal tidak menjawab kemudian membawa tongkat itu kepada Rasulullah. Setelah Rasulullah menerima tongkat tersebut dari Bilal, maka beliau pun menyerahkan kepada ‘Ukasyah. Melihat itu, Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan sambil berkata:
“Wahai ‘Ukasyah, janganlah kamu qishash Rasulullah s.a.w. qishashlah kami berdua.” Rasulullah s.a.w. berkata: “Wahai Abu Bakar, Umar duduklah, sesungguhnya Allah s.w.t. telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua.”

Kemudian Ali r.a. bangun, “Wahai ‘Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah s.a.w., pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah.” Lalu Rasulullah berkata, “Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu.” Setelah itu, Hasan dan Husein bangun dengan berkata:“Wahai ‘Ukasyah, kami ini cucu Rasulullah, kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah.” Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah s.a.w. pun berkata, “Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua.”

“Wahai ‘Ukasyah pukullah aku, lakukanlah balasanmu,” kata Rasulullah.
‘Ukasyah berkata: “Ya Rasulullah s.a.w., engkau memukulku waktu aku tidak memakai baju.” Maka Rasulullah pun membuka baju. Setelah Rasulullah membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Suasana tegang dan haru. Begitu ‘Ukasyah melihat tubuh Rasulullah yang putih bersih, ia segera melempar tongkatnya dan langsung memeluk dan mencium badan Rasulullah dan berkata: “Aku tebus engkau dengan jiwaku ya Rasulullah. Siapa yang sanggup memukulmu.

Aku melakukan ini karena ingin menyentuhkan badanku dengan badanmu yang dimuliakan Allah. Dan aku ingin Allah menjagaku dari neraka dengan kehormatanmu.” Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata, “Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu ingin melihat seorang ahli surga, inilah orangnya.” Kemudian semua sahabat bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat menegangkan itu. Setelah itu para sahabat pun berkata, “Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperoleh darajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah di surga.”

Ketika ajal Rasulullah s.a.w. semakin dekat, beliau pun memanggil para sahabat ke rumah Aisyah r.a. dan berkata: “Selamat datang, semoga Allah mengasihimu semua. Aku berwasiat kepadamu semua agar kamu semua bertaqwa kepada Allah dan mentaati segala perintah-Nya. Sesungguhnya hari perpisahan antara aku denganmu semua hampir dekat, dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah dan menempatkannya di surga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya.

Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri atau kafanilah aku dengan kain Yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku, letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam rumahku ini. Setelah itu, kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Pertama yang akan menshalatkan aku adalah Allah, kemudian Jibril, kemudian diikuti Israfil, Mikail, dan yang akhir adalah lzrail berserta dengan semua pembantunya. Setelah itu baru kamu semua masuk bergantian berkelompok menshalatkanku.”

Setelah para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu, meledaklah tangis mereka. Mereka menangis sejadi-jadinya dan berkata, “Ya Rasulullah. engkau adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami, engkau selama ini memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang mengurus perkara kami. Apabila engkau sudah tiada nanti, kepada siapakah akan kami bertanya setiap persoalan yang timbul nanti?”

Kemudian Rasulullah berkata,“Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu dua penasihat: yang satu nasehat yang pandai bicara dan yang satu lagi nasehat yang diam. Yang pandai bicara adalah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit diantara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Sunnah-ku dan sekiranya hati kamu bersikeras maka lembutkan dengan mengambil nasehat dari kematian.”

Setelah Rasulullah s.a.w. berkata demikian, maka Rasulullah mulai merasakan sakit. Dalam bulan safar Rasulullah s.a.w. sakit selama 18 hari dan sering dikunjungi oleh para sahabat. Rasulullah diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin. Pada hari Senin pula penyakit Rasulullah bertambah berat. Setelah Bilal menyelesaikan adzan subuh, Bilal pun pergi ke rumah Rasulullah.

Bilal pun memberi salam,“Assalaamualaika ya Rasulallah.” Lalu dijawab oleh Fathimah ra.,“Rasulullah s.a.w. masih sibuk dengan urusan beliau.” Setelah Bilal mendengar penjelasan dari Fathimah, ia pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah itu. Ketika waktu subuh hampir habis, Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah dan memberi salam lagi, kali ini salam Bilal didengar oleh Rasulullah: “Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya sakitku ini semakin berat, suruhlah Abu Bakar mengimamkan shalat subuh berjamaah dengan mereka yang hadir.”Setelah mendengar pesan Rasulullah, Bilal pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata:“Waah … ini musibah besar.”

Di masjid, Bilal memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah katakan kepadanya. Abu Bakar tidak dapat menahan dirinya. Ketika melihat mimbar kosong, dengan suara keras ia menangis hingga jatuh pingsan. Melihat peristiwa ini, riuh rendah tangisan sahabat terdengar di dalam masjid, sehingga Rasulullah bertanya kepada Fathimah ra.; “Wahai Fathimah apakah yang terjadi?” “Kekisruhan kaum muslimin disebabkan engkau tidak pergi ke masjid.”

Kemudian Rasulullah memanggil Ali dan Fadhl bin Abas lalu Rasulullah bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah sampai di masjid, Rasulullah s.a.w. pun bershalat subuh bersama dengan para sahabat.

Setelah selesai, Rasulullah s.a.w. berkata, “Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah s.w.t., oleh karena itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah dan mengerjakan segala perintah-Nya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia.” Setelah berkata demikian, Rasulullah pun pulang.

Di langit, Allah s.w.t. mewahyukan kepada malaikat lzrail a.s., “Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasih-Ku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut. Minta izinlah terlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masuklah dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali kepada-Ku.”

Malaikal lzrail pun turun mendatangi Nabi dengan menyerupai orang Arab Badwi. “Assalaamu ‘alaikum yaa ahla baitin nubuwwati wa ma danirrisaalati a-adkhulu?” (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu sekalian, wahai penghuni rumah nabi dan pemberi risalah, bolehkan saya masuk?) Fathimah mendengar orang memberi salam maka ia-pun berkata; “Wahai hamba Allah, Rasulullah s.a.w. sedang sibuk sebab sakitnya semakin berat.”

Kemudian malaikat lzrail memberi salam lagi, dan kali ini didengar oleh Rasulullah s.a.w. Rasulullah bertanya kepada Fathimah: “Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu?”
“Ya Rasulullah, ada seorang Arab Badwi memanggilmu, dan aku telah katakan kepadanya Ayahanda sedang sibuk sebab sakit, sebaliknya dia memandangku dengan tajam sehingga badanku terasa menggigil.”Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata: “Wahai Fathimah, tahukah kamu siapakah orang itu?” Fathimah menjawab, “Tidak ayah.” “Dialah lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur.” Fathimah tidak dapat menahan air matanya. Perpisahan dengan ayahandanya akan terjadi, dia menangis sejadi-jadinya.

“Janganlah menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu denganku.” Kemudian Rasulullah pun mengizinkan lzrail masuk. lzrail dengan tenang mengucap, “Assalamu ‘alaikum ya Rasulallah.” Lalu Rasulullah menjawab: “Wa ‘alaikassalam … Wahai lzrail engkau datang menziarahiku atau untuk mencabut ruhku?” lzrail menjawab: “Kedatanganku adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun jika engkau izinkan, kalau tidak engkau izinkan, aku akan kembali.” Berkata Rasulullah s.a.w., “Wahai lzrail, dimanakah engkau tinggalkan Jibril?” Berkata lzrail: “Aku tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia.” Tidak beberapa lama kemudian Jibril pun turun dan duduk di dekat kepala Rasulullah s.a.w.

Ketika Rasulullah melihat kedatangan Jibril, beliau berkata: “Wahai Jibril, tahukah engkau bahwa ajalku sudah dekat” Berkata Jibril: “Ya aku tahu.” Rasulullah bertanya lagi, “Wahai Jibril, beritahukanlah padaku kemuliaan yang menggembirakan aku disisi Allah.” Berkata Jibril, “Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat berbaris rapi menanti ruhmu di langit. Kesemua pintu-pintu surga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu.”

Berkata Rasulullah: “Alhamdulillah, sekarang engkau katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti.” Berkata Jibril, “Allah s.w.t. telah berfirman, ‘Sesungguhnya aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau masuk terlebih dahulu, dan aku juga melarang semua umat memasuki surga sebelum umatmu memasuki surga.”

Berkatalah Rasulullah: “Sekarang aku telah puas dan telah hilang keresahan akan umatku. Wahai lzrail … mendekatlah kepadaku …. dan lakukanlah tugasmu.” lzrail pun mulai melakukan tugasnya. Ruh sang Nabi Agung itu dicabutnya pelan-pelan, lembut sekali. Ketika ruhnya sampai di pusat, Rasulullah berkata: “Wahai Jibril, sakiiit … sekali kematian ini.” Karena tak sanggup melihat wajah kekasih Allah itu merintih kesakitan, Jibril mengalihkan pandangannya.

Melihat itu, Rasulullah bertanya: “Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajahku?” Jibril menjawab: “Wahai kekasih Allah, siapa yang akan sanggup melihat wajahmu dalam keadaan sakaratul maut begini?”Anas bin Malik ra. berkata: “Ketika ruh Rasulullah s.a.w. telah sampai di dada, beliau bersabda, ‘Aku wasiatkan kepadamu mengerjakan shalat dan kerjakan semua yang Allah perintahkan kepadamu.”

Ali r.a. berkata: “Sesungguhnya, ketika menjelang saat-saat terakhir, Rasulullah mengerakkan kedua bibirnya sebanyak dua kali, dan aku meletakkan telingaku dekat dengannya, Rasulullah s.a.w. berkata: “Umatku..’ umatku….” Telah bersabda Rasulullah s.a.w. bahwa:“Malaikat Jibril a.s. telah berkata kepadaku.”Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah s.w.t. telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca shalawat untukmu, barang siapa yang menangkap ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu.”

Waallahualam Bishawab..